Dalam sebuah riwayat, diterangkan bahwa Rasulullah SAW, diutus pada hari Isnin dan wafat pada hari
Isnin (menjelang fajar) dan dimakamkan pada hari Rabu pagi waktu dhuha.
Akhir bulan Safar, Rasulullah SAW, mulai menderita sakit. Baginda SAW, tidak dapat lagi bangun dari tempat tidur. Sakit baginda Rasulullah SAW, agak keras ketika berada di kediaman salah satu isterinya (Maimunah ra).
Atas kesepakatan semua isterinya, Baginda Rasulullah SAW, meminta agar dibawa ke kediaman A’isyah ra.
Dari Ibnu Mas'ud r. a., bahawasanya dia berkata: "Ketika ajal Rasulullah S.A.W sudah dekat, baginda mengumpulkan kami di rumah Siti Aisyah r. a. Kemudian baginda memandang kami sambil berlinang air matanya, lalu bersabda:
"Marhaban bikum, semoga Allah memanjangkan umur kamu semua, semoga Allah menyayangi, menolong dan memberikan petunjuk kepada kamu. Aku berwasiat kepada kamu, agar bertakwa kepada Allah. Sesungguhnya aku adalah sebagai pemberi peringatan untuk kamu. Janganlah kamu berlaku sombong terhadap Allah. "
Beberapa hari berikutnya Rasulullah SAW, nampak mulai sihat. Kaum muslimin gembira melihat keadaan Rasulullah SAW, yang beransur pulih.
SEMAKIN PARAH
Akan tetapi kesihatan Nabi SAW, yang mulai beransur pulih itu ternyata berubah menjadi menderita kembali. “Hari itu adalah hari Khamis, betapa suram hari itu”, kata salah seorang kerabat Rasulullah SAW. Semenjak hari itu, Rasulullah S.A.W bertambah parah sakit yang ditanggungnya selama 18 hari. Setiap hari, banyak yang mengunjungi baginda, sampailah datangnya hari Isnin, di saat baginda menghembuskan nafasnya yang terakhir.
Sehari menjelang baginda SAW wafat iaitu pada hari Ahad penyakit Rasulullah SAW, bertambah berat, setelah Bilal ra. menyempurnakan azan peringatan subuh, maka Bilal ra. pun pergi ke rumah Rasulullah SAW. Sesampainya Bilal ra. di rumah Rasulullah SAW, maka Bilal ra. pun memberi salam, “Assalaamualaika ya Rasulullah...” Lalu dijawab oleh Fathimah as, “Rasulullah SAW, masih sibuk dengan urusan Baginda...” Setelah Bilal ra. mendengar penjelasan dari Fathimah as. maka Bilal ra. pun kembali ke masjid tanpa memahami kata-kata Fathimah as, itu. Saat menjelang waktu subuh Bilal pergi sekali lagi ke rumah Rasulullah SAW, dan memberi salam sebagaimana tadinya, kali ini salam Bilal ra. telah di dengar oleh Rasulullah SAW dan baginda menjawab salam itu, dan baginda berkata, “Masuklah wahai Bilal, sesungguhnya penyakitku ini semakin berat, oleh itu kamu suruhlah Abu Bakar ra, mengimamkan solat Subuh berjemaah dengan mereka yang hadir”. Setelah mendengar kata-kata Rasulullah SAW, maka Bilal ra. pun berjalan menuju ke masjid sambil meletakkan tangan di atas kepala dengan berkata, “Aduh musibah...!”
Setelah Bilal ra. sampai di masjid maka Bilal ra. pun memberitahu Abu Bakar tentang apa yang telah Rasulullah SAW, katakan kepadanya. Abu Bakar ra. tidak dapat menahan dirinya apabila ia melihat mimbar kosong maka dengan suara yang cukup keras Abu Bakar ra. menangis sehingga ia jatuh pingsan. Melihatkan peristiwa ini maka riuh rendah tangisan sahabat dalam masjid, sehingga Rasulullah SAW bertanya kepada Fathimah as, “Wahai Fathimah, apakah yang telah terjadi..?” Maka Fathimah ra. pun berkata: “Pergaduhan kaum muslimin dan bingung, sebab engkau ya Rasulullah tidak hadir di Masjid”. Kemudian Rasulullah SAW, memanggil Ali as, dan Fadhl bin Abas ra, lalu Rasulullah SAW, dipimpin kepada keduanya dan terus pergi ke masjid. Setelah Rasulullah SAW, sampai di masjid maka Baginda SAW, pun solat Subuh bersama dengan para jama’ah.
Setelah solat Subuh, Rasulullah SAW, pun berkata, “Ya ma aasyiral Muslimin (wahai kaum Muslimin), kamu semua senantiasa dalam pertolongan dan pemeliharaan Allah SWT, Sesungguhnya Dia adalah penggantiku atas kamu semua, setelah aku tiada. Aku berwasiat kepada kamu semua, hendaklah kamu semua bertaqwa kepada Allah SWT, dan mengerjakan segala perintahnya. Sesungguhnya aku akan meninggalkan dunia fana ini dan kamu semua, dan hari ini adalah hari pertama aku memasuki alam akhirat dan hari terakhir aku berada di alam dunia ini”. Setelah berkata demikian maka Rasulullah SAW pun pulang ke rumahnya.
MALAIKAT MAUT DATANG BERTAMU
Pada hari esoknya iaitu pada hari Isnin, Allah SWT, memerintahkan kepada Malaikat lzra’il, yang bermaksud “Wahai lzra’il.. turunlah dan pergilah kamu menemui kekasihku Rasulullah SAW dengan berpakaian sebaik-baiknya dan sebaik-baik rupa, dan apabila kamu hendak mencabut ruhnya maka hendaklah kamu melakukan dengan cara yang paling lembut sekali. Apabila kamu pergi ke rumahnya maka minta izinlah lerlebih dahulu, kalau Rasulullah SAW izinkan kamu masuk, maka masuklah kamu ke rumahnya dan kalau Rasulullah SAW tidak mengizinkan kamu masuk maka hendaklah kamu kembali padaku”.
Setelah Malaikat lzra’il mendapat perintah dari Allah SWT, maka Malaikat lzra’il pun turunlah untuk menunaikan perintah Allah SWT dengan menyerupai orang Arab Baduwi.
Setelah Malaikat lzra’il sampai di depan rumah Rasulullah SAW, maka ia pun memberi salam, “Assalaamu alaikum yaa Ahla Baitin Nubuwwa.....” (Mudah-mudahan keselamatan tetap untuk kamu semua, wahai penghuni rumah kenabian, sumber wahyu dan risalah!") ketika Fathimah a.s, mendengar orang memberi salam maka ia pun berkata, “Wahai Abdullah (hamba Allah), Rasulullah SAW, sedang sibuk sebab sakitnya yang semakin berat” Kemudian Malaikat lzra’il memberi salam lagi berkata lagi seperti di permulaannya "Assalamualaikum, bolehkah aku masuk?", dan kali ini seruan Malaikat Maut itu dan akhirnya telah didengar oleh Rasulullah SAW, dan Rasulullah SAW, bertanya kepada puterinya Fathimah as, “Wahai Fathimah, siapakah di depan pintu itu” Maka Fathimah as, pun berkata, “Ya Rasulullah.. ada seorang Arab Baduwi memanggil mu ayah, dan aku telah katakan kepadanya bahawa ayah sedang sibuk sebab sakit, begitu juga dia memandang saya dengan pandangan yang tajam sehingga terasa menggigil badan ku menggetarkan sukma” Kemudian Rasulullah SAW, berkata, “Wahai Fathimah.. tahukah kamu siapakah orang itu..?” Jawab Fathimah, ”Tidak ayah” Lalu Rasulullah S.A.W menjelaskan: "Wahai Fatimah, dia adalah Malaikat lzra’il, pengusir kelazatan, pemutus keinginan, pemisah jemaah malaikat yang akan memutuskan segala macam nafsu syahwat dan yang memusnahkan semua rumah serta meramaikan kubur”. Fathimah as, tidak dapat menahan air matanya lagi setelah mengetahui bahwa saat perpisahan dengan ayahandanya akan berakhir, dia menangis sepuas-puasnya.
Ketika Rasulullah SAW, mendengar tangisan Falimah as. maka Beliau SAW, pun berkata : “Janganlah kamu menangis wahai Fathimah, engkaulah orang yang pertama dalam keluargaku akan bertemu dengan aku”.
Kemudian Rasulullah SAW, pun mengizinkan Malaikat lzra’il masuk, Maka Malaikat lzra’il pun masuk dengan mengucap, “Assalamuaalaikum ya Rasulullah SAW...” Lalu Rasulullah SAW, menjawab : “Wa alaikassaalamu, wahai lzra’il engkau datang menziarahi aku atau untuk mencabut ruhku...?” Maka berkata Malaikat lzra’il: “Kedatangan aku ini adalah untuk menziarahimu dan sekaligus untuk mencabut ruhmu, itu pun kalau engkau izinkan, kalau engkau tidak izinkan maka aku akan kembali”. Berkata Rasulullah SAW, “Wahai lzra’il, di manakah kamu tinggalkan kecintaanku Jibril..?” Berkata lzra’il: “Aku tinggalkan Jibril di langit dunia, para malaikat sedang memuliakan dia”. Baru saja Malaikat Maut selesai bicara, tiba-tiba Jibril a. s. datang lalu duduk dekat dengan kepala Rasulullah SAW.
Melihat kedatangan Jibril as, maka Rasulullah SAW, pun berkata : “Wahai Jibril, tahukah kau bahwa ajalku sudah dekat” Berkata Jibril a.s, “Ya aku tahu wahai kekasih Allah”. Rasulullah SAW, bertanya lagi, “Wahai Jibril, beritahu kepadaku kemuliaan yang menggembirakan aku di sisi Allah SWT...?”
Berkata Jibril as, “Sesungguhnya semua pintu langit telah dibuka, para malaikat tersusun rapi berbaris menanti ruhmu di langit. Seluruh pintu-pintu syurga telah dibuka, dan semua bidadari sudah berhias menanti kehadiran ruhmu”, Berkata Rasulullah SAW, “Alhamdulillah, sekarang kamu katakan lagi apakah yang disediakan oleh Allah untukku, tentang umatku di hari kiamat nanti”.
Jibril menjawab: "Aku memberikan berita gembira untuk tuan. Tuanlah yang pertama-tama diizinkan sebagai pemberi syafaat pada hari kiamat nanti. "
Kemudian Rasulullah S.A.W berkata: "Segala puji dan syukur aku panjatkan untuk Tuhanku. Wahai Jibril beritahu kepadaku lagi tentang kabar yang menggembirakan aku. "
Berkata Rasulullah SAW, “Sekarang aku telah puas (tenang) hati dan telah hilang rasa susah ku”. Kemudian Rasulullah SAW, berkata : “Wahai lzra’il, dekatlah engkau kepadaku”.
Ali r. a. bertanya: "Wahai Rasulullah S.A.W, siapakah yang akan memandikan baginda dan siapakah yang akan mengafaninya?". Rasulullah menjawab: "Ada pun yang memandikan aku adalah engkau wahai Ali, sedangkan Ibnu Abbas menyiramkan airnya dan Jibril akan membawa hanuth (minyak wangi) dari dalam Syurga. "
Setelah itu Malaikat lzra’il pun memulai tugasnya, sa'at ruh Baginda SAW, sampai pada pusat perut, maka Rasulullah SAW pun berkata, “Wahai Jibril, alangkah dahsyatnya (pedihnya) rasa mati (maut)”. Terketar-ketar kata-kata Rasulullah SAW itu, Malaikat Jibril as. mengalihkan pandangan dari Rasulullah SAW, ketika mendengar kata-kata Rasulullah SAW. Melihatkan reaksi Malaikat Jibril itu, lalu Rasulullah SAW, pun berkata, “Wahai Jibril, apakah kamu tidak suka melihat (memandang) wajahku..?” Jibril berkata, “Wahai kekasih Allah, siapakah orang yang sanggup melihat wajahmu di kala engkau dalam sakaratul (sakitnya) maut..?”
Sebentar kemudian terdengar Rasulullah s.a.w. merintih kerana sakit yang tidak tertahankan lagi. “Ya Allah, dahsyat sungguh maut ini, timpakan saja semua siksa maut ini kepadaku, jangan pada umatku.” Badan Rasulullah s.a.w. mulai dingin, kaki dan dadanya sudah tidak bergerak lagi.
Dari Anas bin Malik ra. Berkata, “Ketika ruh Rasulullah SAW, telah sampai di dada (dalam keadaan sakaratul maut), Baginda Rasulullah SAW, telah bersabda, “Aku wasiatkan kepada kamu agar kamu semua menjaga solat dan apa-apa yang telah diperintahkan kepada kamu ..”
Imam Ali as, berkata, “Sesungguhnya Rasulullah SAW, ketika menjelang saat-saat terakhir, aku mendekatkan telinga, baginda telah mengingatkan supaya "peliharalah solat dan peliharalah orang-orang lemah di antara kamu".
Di luar pintu tangis mulai terdengar bersahutan, sahabat r.a. saling berpelukan. Fatimah r.a. menutupkan tangan di wajahnya, dan Ali r.a. kembali mendekatkan telinganya ke bibir Rasulullah s.a.w. yang mulai kebiruan. Ali r.a. berkata: “Sesungguhnya Rasulullah ketika menjelang saat-saat terakhir, telah mengerakkan kedua bibir beliau sebanyak dua kali, dan aku meletakkan telinga aku dengan Rasulullah berkata: “Ummati, ummati" (Umatku, umatku).
Akhirnya roh yang mulia itu pun meninggalkan jasad Rasulullah SAW menjelang fajar. Rasulullah s.a.w. wafat pada hari Isnin 13 Rabiul Awal menghadap Allah Yang Maha Kuasa.
Berkata Anas r.a.: “Ketika aku lalu di depan pintu Aishah, ku dengar dia sedang menangis sambil mengatakan: “Wahai orang yang tidak pernah memakai sutera. Wahai orang yang keluar dari dunia dari perut yang tidak pernah kenyang dari gandum. Wahai orang yang telah memilih tikar daripada singgahsana. Wahai orang yang jarang tidur di waktu malam kerana takut Neraka Sa’iir”.
00000000000
Telah bersabda Rasulullah s.a.w. bahawa: “Malaikat Jibril telah berkata kepadaku; “Wahai Muhammad, sesungguhnya Allah S.W.T. telah menciptakan sebuah laut di belakang Gunung Qaf, dan di laut itu terdapat ikan yang selalu membaca selawat untukmu, kalau sesiapa yang mengambil seekor ikan dari laut tersebut maka akan lumpuhlah kedua belah tangannya dan ikan tersebut akan menjadi batu.”
0000000000000
Abu Bakar ra, segera bangun mengutarakan sebuah peringatan kepada umum, “Amma Ba’du, barang siapa yang menyembah Muhammad, sesungguhnya Muhammad telah wafat, dan barang siapa menyembah Allah, sesungguhnya Allah hidup tidak akan pernah mati”. Kemudian menyebutkan ayat, maksud Firman Allah: “Muhammad itu tidak lain hanya seorang Rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang Rasul, apakah jika dia wafat atau dibunuh, kamu berbalik ke belakang (murtad), barang siapa yang berbalik ke belakang maka dia tidak dapat mendatangkan mudarat kepada Allah sedikit pun,dan Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur” (Surah Ali Imran : 144).
Musibah wafatnya Rasulullah SAW, benar-benar memilukan hati kaum muslimin. Betapa tidak, para sahabat berjuang, berkumpul, senang maupun susah bersama Rasulullah. Kemudian mereka harus berpisah dengan kekasihnya, Rasulullah SAW.
Adapun Bilal ra, sebagai Mu’adzin, beliau, tetap menjalankan tugasnya di saat kaum muslimin berduka atas wafatnya Rasulullah SAW. Bilal mengumandangkan azan saat Solat Subuh ketika sampai pada kalimat “Asyhadu Anna Muhammadarrasulullah......” Bilal menangis. Kaum muslimin yang berada dalam masjid ikut menangis, suasana menjadi bertambah sedih, hampir saja Bilal tidak dapat melanjutkan azannya.
Imam Ali bin Abi Tholib as, seorang yang paling sibuk dalam menguruskan jenazah Rasulullah SAW, dari mulai memandikan sampailah pemakaman.
Ali bin Abi Tholib dibantu oleh Abbas (bapa saudara Rasulullah SAW) dan kedua puteranya yang bernama Qustam dan Fadhl.
Dan, berakhirlah hidup manusia mulia yang memberi sinaran itu. Kini, mampukah kita mencintai sepertinya?
Allahumma sholli ‘ala Muhammad wa alih wasalam. Betapa cintanya Rasulullah kepada kita.
--------------------------------------------------------------
Nabi Muhammad SAW, dikurniai 7 orang anak, 3 putera dan 4 puteri. Mereka adalah “Qosim” meninggal ketika berumur 2 tahun sebelum kenabian, kemudian “Abdulloh” mendapat julukan, Thoyib (Thohir) dilahirkan setelah kenabian dan wafat di Makkah. selanjutnya adalah “Ibrohim” dilahirkan di Madinah Al-Munawarah pada tahun ke-8 H, dari Ibu Mariya Al-Qibtiyah dan wafat semasa kecil, dikuburkan di pemakaman Baqi’ Al-Ghorqod. sedangkan keempat puterinya adalah “Zainab” (anak sulung), diriwayatkan, kelahirannya ketika Nabi SAW, berumur 30 tahun, nama suaminya adalah, Ash bin Robii’ (anak saudara Saidatina Khodijah binti Khuwailid) di tahun ke-8 H, Zainab wafat. “Ruqoyyah” dinikah oleh Usman bin Affan ra, setelah dipisahkan dari suaminya yang pertama yaitu, Utbah bin Abi Lahab akibat turun-nya
Menurut Ibnu Hisam, putera puteri Rasulullah SAW, dari Sayyidah Khodijah yang pertama adalah, Qsim, Abdulloh, Ruqoyyah, Zainab, Ummu Kalstum, dan Fathimah Azzahro’, semua dilahirkan di Makkah, dan yang paling akhir adalah Ibrohim.
-------------------------------
No comments:
Post a Comment